Skip to main content

Catatan Seorang Kader Ansor: Ketika Ingkar kepada Ulama Menjadi Suatu Kebanggaan.


Sebuah Catatan.
..kemarin lusa ada sahabat yang dengan setengah bangga, ia menyatakan diri bukan lagi bagian dari Nahdlatul Ulama. Sementara kemarin persis ada sahabat yang setengah meledek Nahdlatul Ulama dengan sekarung anekdot-anekdot filsafat yang melangit. Nah, hari ini ada sahabat yang habis-habisan membahas Nahdlatul Ulama berputar-putar disekelilingnya tanpa keberanian untuk hinggap dan membumi, seperti lalat mengitari madu. Dan semuanya sah-sah saja, silahkan saja di zaman yang damai dan merdeka ini. Saia paham persis bahwa semua sahabat saia itu sama sekali belum pernah merasakan pahit manisnya berjuang langsung di tengah-tengah umat membawa panji-panji Ahlussunnah wal Jama'ah an-Nahdliyyah. Meski saia juga paham persis bahwa para sahabat itu, entah karena awamnya atau karena 'malu'nya untuk disebut sebagai nahdliyyin dalam keseharian mengamalkan amaliyyan Ahlussunnah wal Jama'ah 'ala madzhabil arba'ah. Atau bersikap begitu karena 'gengsi' beragama sebagai bentuk usaha unjuk rasa cita rasa keIslamannya. Bisa jadi begitu. Saia hanya bisa geli dan menahan rasa. Meskipun para sahabat itu berwujud manusia, bagi saia pribadi mereka adalah golongan yang senantiasa meremehkan Ulama dan tidak ada satupun alasan untuk menghargai isi kepala mereka kecuali lebih karena mereka adalah seorang manusia. Not less not more.


Lalu apa sebutan tepatnya bagi mereka yang beramaliah Ahlussunnah wal Jama’ah, mengkritisi pemikiran Ulama selayaknya sebuah lawakan. Mengkritisi Nahdlatul Ulama dengan halus namun rutin tanpa adanya teladan amaliah pribadi yang utama. Maaf, dalam bahasa saia yang sarkas, saia sebut mereka sebagai spesies lalat akademisi. Mereka yang datang menebar bakteri dan membubuhkan aneka ejekan demi kepuasan hawa nafsu ilmiahnya belaka. Hmm.. bisa jadi demikian.

Golongan manusia seperti ini akan banyak dijumpai di pelataran kampus-kampus dan bahkan mungkin juga di serambi pondok pesantren. Ya, bagaimana tidak? Ada pengakuan menarik terhadap komunitasnya yang memiliki watak tidak patuh akan Ulamanya. MasyaAllah. Dan dia bangga akan itu, dan tidak bisa memahami akan entitas masyarakat seberang sana yang sebegitu taatnya pada sosok Ulama. Ulama bro.. Ulama! Dan mereka terlihat seolah semakin bangga jika mereka semakin ingkar dan berbeda sikap terhadap para Ulama!.

Yaa Allah, dalam hati saia hanya bisa iba dan kasihan kepada para sahabat itu. Semoga kelak mereka mendapatkan hidayah dariNya. Aamiiin.







Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...