Skip to main content

Tawadhu dalam Sikap, Tekun dalam Riyadhoh, Teguh dalam Mujahadah

Ulama zaman dahulu kala, mengajarkan keteladanan akan tiga hal, tawadhu dalam sikap, tekun dalam ibadah dan riyadhoh, serta teguh dalam memperjuangkan hal yang benar menurut Allah, Rasulullah dan para ulama.
Pertama, Tawadhu dalam Sikap. Bersikap rendah hati adalah salah satu prilaku kesatria yang tinggi tingkatannya. Kesombongan hanya akan menjerumuskan kaum santri ke lembah yang nista dalam hidup di dunia dan akhirat. Sebuah mahfuzhot yang sangat populer di kalangan Nahdliyin : “laa tahtaqir man duunaka falikulli syai-in maziyah”, jangan hanya dijadikan pemanis lisan ketika berinteraksi dengan masyarakat pada umumnya. Sikap meremehkan orang lain bukanlah sikap yang menjadi fitrah bagi kaum Nahdliyin.

Kedua, Tekun dalam Riyadhoh. Sementara tekun dalam hal ibadah dan riyadhoh adalah sebuah keniscayaan bagi seorang mukmin. Teringat akan sebuah maqolah : “i’mal lii akhiirotika ka-annaka tamuutu ghodaa”. Dalam soal ukhrowi dan ibadah mahdhoh karena ridho Allah, hendaknya ditumbuhkan sikap rakus dan merasa kurang dalam tiap amalan-amalannya, karena ajal senantiasa mengintai kita. Para ulama mengajarkan hal itu kepada santri-santrinya untuk membiasakan riyadhoh dalam melatih jiwa dan meraih ridho Allah. Cerminan itu ada dalam pri-hidup kiai-kiai khos akan pentingnya munajat melibatkan Allah dalam tiap keputusan menjalani kehidupan.
Ketiga, Teguh dalam Mujahadah. “Man saaro ‘alad darbi washoola”. Berketetapan teguh dalam mengamalkan kebajikan, akan menghantarkan kepada tujuan yang baik pula. Para sesepuh, alias founding father bangsa Indonesia dan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Nusantara waktu lampau, telah mencontohkan itu semua. Pengajaran keteladanan itu jelas mengalahkan kalimat-kalimat sakti para Inspirator dan Motivator jaman sekarang. Teladan dari tetua, yaitu para auliya dan ulama kuno, hendaknya mengilhami kita banyak-banyak soal keikhlasan berjuang di jalan Allah. Tidakkah kita menyadari, nikmatnya beragama dan berbangsa yang sekarang kita rasakan, adalah buah dari keberhasilan mujahadah mereka di waktu lampau?

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...