Skip to main content

Ekonomi Islam (Al-Iqtishaad) dalam Pasungan Kapitalisme

Setiap bertemu kolega dosen, kegelisahan ini selalu disampaikan. Betapa tidak, hari-hari yang diklaim sebagai perayaan ilmu pengetahuan di Fakultas Ekonomi Islam manapun ternyata tak lebih hanyalah berisi kegiatan mengais sebulir konsep kontemporer yang diulang-ulang sebagai sesuatu yang disebut sebagai 'perkuliahan'. Sementara, kontennya masih tetap berkutat tentang itu-itu saja sebagai suatu pengulangan tanpa pengembangan yang signifikan. Ironisnya, sub-sub pembahasan ekonomi Islam yang disepakati disebut proses kuliah itupun tak lebih dari sekedar pesanan dunia industri syariah di luar sana. Dunia pasar mengejar profitabilitas, dan para akademisi mempersiapkan amunisi sumber daya insaninya dan memfasilitasi keilmuan sebagai justifikasi tercapainya profitabilitas itu sendiri. Ya Tuhan..

Kadang keyakinan itu semakin kuat. Bahwa, universitas telah menginjak masa-masa senja dan akan binasa. Artinya, semakin ditinggalkan oleh luasnya ilmu pengetahuan yang tak bertepi.

Para penggiat akademik strata pertama itu pada tahap selanjutnya di sebut alumni. Sementara, secara akademisi mereka disebut sebagai sarjana. Para sarjana ini pada tahap berikutnya ibarat benih yang baru bertunas akan dihadapkan pada kerasnya persaingan kebutuhan pekerja di dunia industri. Di tahap ini, benar: telah lahir para kelas pekerja. Dan selalu begitu entah sampai kapan.

Sarjana-sarjana itu ibarat tengkulak pengetahuan. Dan mereka sebagaimana lainnya mulai berkompetisi di antara para pemodal yang tidak mengenal rasa belas kasihan.

Sebelumnya, di kampus selama mereka kuliah, mereka tidak pernah mendapatkan pengungkapan alam nyata persaingang global. Mereka bahkan banyak yang tidak mengkhatamkan sebuah bukupun selama bertahun-tahun menempuh pendidikan kesarjanaan. Dan kelalaian penataan kurikulum akademik ini pada saatnya di masa depan akan mereka (sarjana-sarjana itu) bayar dengan sangat mahal. Bahkan, mereka harus siap jika ternyata ijazah sarjana itu tidak mendapatkan apresiasi dari dunia ekonomi nyata. Dan hal itu pasti akan terjadi. Dan itu adalah dosa tak termaafkan yang setiap detik menambah ke dalam akun para civitas akademika, khususnya dosen.

Dan saya gelisah.

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...