Skip to main content

Ketika Melacak Sejarah Menjadi Sebuah Hobby

Masa lalu, merupakan pedoman menghadapi masa depan.
Ya, judulnya saja sudah wagu. "Ketika Melacak Sejarah Menjadi Sebuah Hobby", kalimat apa pula itu? Tapi, sudahlah. Baca saja postingan ini, itupun jika kalian punya cukup waktu dan keluangan bagi mata untuk membaca. Jadi, awalnya memang sudah ada semacam, sebut saja 'keteguhan hati dan ketegaran jiwa', bahwa seorang lelaki musti memiliki suatu kegiatan pribadi, atau sebut saja hobby. Setiap orang, dalam hal ini, sah-sah saja untuk berbeda. Tidak ada supremasi hobby, dalam artian memandang sebelah mata hobby atau kegemaran lelaki lain. Selama, tentu, tidak menabrak kaidah kepatutan umum dan ketenteraman khalayak. Selama itu pula, maka diperbolehkan. Disumanggaken.


Kegemaran Baru: Melacak Sejarah
Akan ada saja kelabilan jenis baru dalam proses kematangan jiwa seseorang. Hal ini, lazimnya tercermin dari kegemaran (atau sebut saja: hobby) yang baru dalam implementasinya. Dalam prakteknya. Bagi sebahagian pihak, ini bahkan dijadikan dasar acuan guna menakar seseorang. Kurang kerjaan sekali, bukan?. 

Alhasil, kegemaran seseorang boleh saja berubah. Bukan saja tergantung kecenderungan psikologis belaka, namun juga bisa disebabkan pengaruh lingkungan, pertemanan dan perkembangan tuntutan kehidupan. Sebagai pengalaman pribadi, pernah juga mengalami kegandrungan akan membaca literasi, memancing ikan (dalam kasus pribadi, lebih pada sensasi adventure skala desa), pencak silat dan berorganisasi saat sedang puncak-puncaknya hormon aktualisasi diri menuju puncaknya.

Ya. Perjalanan jiwa juga yang akhirnya menuntun pada pertanyaan fundamental pada diri setiap manusia normal. "Siapa sebenarnya kita?", "Mengapa kita begini atau begitu, bagaimana ceritanya?". Maka apa yang disebut dengan hobby melacak sejarah di atas seolah menemukan momentumnya. Uniknya, kondisi ini ternyata pula dihinggapi oleh banyak manusia-manusia lainnya selain saya. Perjalanan dalam hobby itu membuktikan demikian kiranya. Tambah bersemangat, itu tentu.

Baiklah. Cukup sampai di sini saja dahulu. Lain waktu, kita sambung kembali. Pantau terus postingan ini. Itu pun jika kalian punya cukup waktu luang untuk itu. Jika tidak, abaikan. Sibukkan saja hidupmu dengan dirimu sendiri. Mudah sekali, bukan?.  

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...