Skip to main content

Ketika Bashirah Itu Terbuka..

Yang aku tahu, guruku yang satu itu, hanya bersedia para santri untuk ngaji di sini. Para remaja yang disebut santri itu datang dari berbagai daerah di provinsi ini, dan seberang pulau. Mereka pun tampaknya telah selesai dengan pernak-pernik ilmu kitab. Datang ke lereng Gunung Kelud ini dengan berbagai alasan, sebab dan cerita yang berbeda-beda. Kami tinggal di gubuk panggung, terbuat dari bambu yang diambil dari sekitar kompleks pondok. Jumlah kami, tak banyak, hanya berkisar sembilan atau sepuluh anak. Dan hampir semuanya berambut gondrong. Waktu itu, entah motivasi apa bisa begitu. Ketika itu, aku sendiri sedang stuck. Kembali ke kampung tanggung. Berangkat ke masa depan, tak tahu alamatnya harus kemana. Jadi, mengeram diri di hutan bambu itu, hanya itu pilihan yang ada. Hitung-hitung melengkapi kekurangan yang ada, batinku.

Mari kugambarkan. Kami bermukim di sekitar masjid itu. Awalnya, bulan-bulan pertama aku tiba di sini, sempat tinggal di ruang samping pengimaman itu. Ruang itu, awalnya harus membersihkan fosil batu berbentuk keong yang berserakan di dalamnya. Ada yang bilang itu barang antik, tapi apa peduliku. Berjendela tunggal, dan pintu yang langsung menghadap ruangan masjid. Jadi, jika subuh tiba, dan telat bangun. Maka akan langsung berhadapan dengan shaf barisan teman-teman di depan pintu kamar. Dan itu suatu hal yang sangat kuhindari. Bukan apa-apa, malu.

Selama suluk, aku bagian pawon. Menyediakan buka dan sahur saat tengah malam bagi santri-santri yang ada. Selama itu, waktu makan ya hanya itu. Saat maghrib tiba, dan saat lewat tengah malam. Secara fisik, semua teman-temanku berperawakan kurus. Mereka ahli riyadhah. Aku sendiri, lebih mengikuti mood. Kalau ingin puasa, ya puasa. Jika tidak, ya tidak. Meski tak puasa, jadwal makan, tetap tak berubah. Seingatku, hanya sekali ada gerakan suluk massal. Benyak orang hadir dari berbagai daerah berkumpul. Entah siapa saja. Mereka berpuasa selama tujuh hari, mutih. Hanya memakan ubi rambat rebus dan minum air mentah dari sumur mata air. Sehari-hari hanya dihabiskan bersembahyang dan berdzikir di masjid. Selalu menjaga wudhu. Meski banyak, mereka jarang sekali saling berbicara satu sama lain. Entah kenapa.
_________
Pengalaman. Hari ke tiga, ditimbali ke ndalem Guru. Beliau mengijazahkan hizb Nashar, doa yang lumayan panjang. Dan merekomendasi untuk berpuasa barang beberapa hari untuk itu. Semenjak itu, beberapa kejadian psikologis terjadi. Tapi tak ambil pusing. Kejadian, adalah kejadian, tak ada hubungannya dengan sugesti apapun. Lagi pula, dhawuh Guru, yang begitu adalah aib untuk dicerita-ceritakan. Kalau suka, jalani. Jika tidak, abaikan. Begitu kira-kira advice beliau. Take easy.

Di sisi timur pondok, ada sungai berbatu, dangkal sebatas perut. Lokasi pemukiman itu memang melandai ke arah sungai dengan rerimbunan bambu di sisi baratnya. Jika siang bolong, derit bambu akan mengeluarkan suara yang khas. Dan jika malam tiba, sunyi. Anak-anak lebih memilih memasuki bilik gubuk, dan bermujahadah sendiri-sendiri. Pemandangan itu khas setelah sembahyang Maghrib yang selesai wiridannya hampir tengah malam. Nanti, mereka keluar berkumpul hanya untuk makan malam, sahur.

Peristiwa dalam cerita di atas, berlangsung selama berbulan-bulan lamanya. Datar, non-dinamik. Sampai kemudian skenario berubah, dan aku harus pamit. Kali ini ke utara pulau Jawa. Melanjutkan sesuatu yang entah apa.

Sekian.



Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...