Skip to main content

Penginyongan, Apa Itu?!


Panginyongan, berasal dari kata inyong. Artinya, saya. Tafsir dari diksi ini, bertebaran. Mulai teori induk filologis, maupun teori varian. Konsep ini masuk pada kajian distingsi lokalitas di kawasan eks-Karesidenan Banyumas, Tegal, Pekalongan dan juga, sebahagian eks-Karesidenan Kedu. Antropologis? Ya. 

Konsep panginyongan tumbuh dari nilai lokalitas masyarakat Banyumasan. Dialektika terkait nilai yang bertumpu pada kearifan lokal ini diharapkan mampu memberikan penegasan tentang identitas, keilmuan dan kontribusi pada peradaban dunia. 

Sikap cablaka dan blakasuta diyakini mampu diangkat sebagai model relasi sosial ke panggung dunia. Bukan justru menjadi obyek inferior di antara bangsa Jawa lainnya. Sebab, ada hasil riset, generasi muda panginyongan hari ini terkesan enggan menampilkan ciri khas endemiknya ketika berinteraksi dengan teman dari Jawa bandhek. Sikap terbuka dan apa adanya adalah karakteristik panginyongan itu sendiri. 

Panginyongan merupan konsep lokalitas Banyumas raya yang diekstrak kearifan lokalnya bagi masyarakat dunia. Globalisasi, diyakini berdampak pada pertarungan identitas suatu bangsa. Panginyongan diangkat sebagai trademark yang dianggap mampu memberi dinamika bagi masyarakat dunia.

Hadiati menyebutkan dalam risetnya Redefining Cablaka on Banyumasan Way of
Speaking menyebutkan bahwa di antara perbedaan kultur Penginyongan dalam pada umumnya budaya Jawa terletak pada gaya bahasa serta cara bertutur orang Penginyongan itu sendiri. Semua watak yang muncul dalam diri sosok Penginyongan terwujud dalam cara berbicara serta gaya bahasa yang dipergunakan. 

Karakteristik lain orang Penginyongan adalah cenderung bersikap apa adanya, terus terang, semestinya, tanpa ada basa-basi, serta blak-blakan. Sifat ini sering disebut sifat cablaka. 



Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...