Skip to main content

Shalawat Thibbil Qulub; Ijazah Hingga Fadhilah


Dunia telah berubah. Perubahan itu pada kenyataannya tak merubah esensi dinamikanya. Para tetua mewejang, setiap zaman ada orangnya. Dan setiap orang, mempunyai zamannya. Esoteris, namun menohok.

Menghadapi keberingasan dunia, masing-masing manusia berupaya mencari pegangan guna menerobos dinamikanya. Secara spiritual atau ruhaniyyah, semua punya tumpuan cara bermunajat dengan Tuhannya. 

Sebagaimana yang lain, aku punya ageman. Selain yang lain, tentunya. Merasa mantep dengan itu. Sholawat Thibbil Qulub. 

Sebagaimana manusia dengan zamannya, demikian pula suatu amalan. Almaghfurlah as-Syaikh Achmad Sjaichuddin Q.S pada suatu ketika pernah mewejang tentang prosedur daur amalan ini. 

Amalan dari guru mursyid itu banyak. Kadang, ketika seorang murid sedang asyik-asyiknya mengolah suatu amalan. Justru saat itu pula sang guru memerintahkan menghentikannya. Dan menggantikannya dengan amalan berikutnya. Hal ini kadang kala membingungkan sangat murid. Apa lagi ia tergolong murid yang enggan berkonsultasi dengan gurunya sendiri. 

Shalawat Thibbul Qulub kuterima dari almaghfurlah selepas masa suluk di dusun Bangsri, Blitar. Amalan ini termaktub di dalam kitab beliau, Jam'ul Ahzab. Untuk fadhilah, sebagaimana amalan-amalan lainnya, beliau enggan mewedarkannya. 

Bagi salik, memang memburu fadhilah, bukannya justru ridha Allah SWT, merupakan aib tersendiri. Cacat ruhani, istilahnya. Hal ini, patut untuk diwaspadai dan dihindari. Jika tidak, justru perpotensi untuk menjadi hijab bagi suluk sangat murid itu sendiri. 

Ijazah shalawat ini, pun kuterima melalui mimpi di pertengahan pandemi. Dari Sayyid Kuning Mrebet, Purbalingga. Dahulu, sewaktu masa suluk, sang guru sempat menuturkan bahwa beliau Kanjeng Sayyid masih terhitung leluhur. Hal ini dikuatkan oleh Kiai Maksudi saat berziarah sore harinya setelah menerima ijazah melalui isyarah mimpi. 

Shalawat itu penyejuk jiwa. Pendingin batin yang membara. Penyembuh sukma yang terluka. Penenteram batin yang menanggung resah dan gelisah. Itu saja. 

Comments

Popular posts from this blog

Daftar Perkuliahan

 Assalamu'alaikum Mahasiswa! Dalam laman ini akan dideskripsikan ruang keilmuan yang diampu Pak Dosen. Tentu, secara berkala akan dilakukan revisi-revisi yang relevan dengan data dan perkembangan keilmuan. Jadi, halaman ini akan menjadi semacam peta perkuliahan yang memudahkan bagi mahasiswa untuk mengakses pokok-pokok tema pengetahuan yang akan dibahas dalam perkuliahan.  Perkuliahan yang akan disematkan di sini mengadung kontrak perkuliahan, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan materi-materi yang menjadi diskursus pembahasan. Bagi mahasiswa dan pengunjung, jangan lupa untuk memfollow situs ini untuk memudahkan informasi perkembangan keilmuan yang sedang didalami.  Daftar Perkuliahan: Etika Bisnis Islam Akuntansi Syariah Hukum Gadai Pengantar Ekonomi Syariah

Sejarah Filologis Pondok Pesantren Darussalam Dukuhwaluh

  Secara demografis, Desa Dukuhwaluh merupakan perluasan kawasan Desa Pandak dan Dusun Woeloeng yang berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Bantarwoeni, Desa Karangsari, Desa Bojong dan Desa Artja di sisi selatan. Pemekaran kawasan ini sekaligus menjadikan suatu kawasan administrasi yang baru dengan sebutan Dukuhwaluh. Pada tahun 1992 di sisi barat daya Desa Dukuhwaluh berdiri lembaga pendidikan agama Islam bercorak salafiyyah atas inisiasi Dr. KH. Chariri Shofa, M.Ag atau yang masyhur diingat sebagai Kyai Khariri. Sebelum membuka pemukiman santri di Dukuh Wulung, beliau merupakan salah satu dari badal pendiri dan pengasuh yaitu KH. Muslich bersama Dr. KH. Noer Iskandar al-Barsani di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto.

Sarung Berlogo NU Dikecam, Produsen dan Reseller Mengerang.

Ilustrasi Sarung NU Sarung NU Indetitas masih menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Termasuk logo Nahdlatul Ulama (NU) di kalangan pasar Nahdliyyin. Bagi sebagian pembeli, sarung karakter satu ini bukan hanya sekedar sarung biasa, namun lebih sebagai ekspresi ideologis di dalam lingkungan sosial. Dan bagi kalangan produsen dan makelar atau reseller sarung karakter, ini adalah peluang pasar yang kuat. Ini peluang besar memadatkan pundi-pundi penjualan.  Lantas, apakah tingginya permintaan pasar atas sarung karakter ini terpengaruh 'keramat' NU? Tentu saja, tanpa adanya logo tersebut, kain sarung hanyalah selembar kain yang nir-faidah. Sekali lagi NU menunjukkan endorsenya terhadap kreativitas dunia industri tekstil di Indonesia. Logo NU pada Sarung Dikecam Sebenarnya, entah ide siapa yang pertama kali menjadikan logo NU sebagai ornamen sarung. Ada yang menyebut hal ini marak semenjak logo-logo banom NU mulai dijadikan bahan atasan batik pada dasawarsa terakhir ini. Ekspr...