Yang aku tahu, guruku yang satu itu, hanya bersedia para santri untuk ngaji di sini. Para remaja yang disebut santri itu datang dari berbagai daerah di provinsi ini, dan seberang pulau. Mereka pun tampaknya telah selesai dengan pernak-pernik ilmu kitab. Datang ke lereng Gunung Kelud ini dengan berbagai alasan, sebab dan cerita yang berbeda-beda. Kami tinggal di gubuk panggung, terbuat dari bambu yang diambil dari sekitar kompleks pondok. Jumlah kami, tak banyak, hanya berkisar sembilan atau sepuluh anak. Dan hampir semuanya berambut gondrong . Waktu itu, entah motivasi apa bisa begitu. Ketika itu, aku sendiri sedang stuck. Kembali ke kampung tanggung. Berangkat ke masa depan, tak tahu alamatnya harus kemana. Jadi, mengeram diri di hutan bambu itu, hanya itu pilihan yang ada. Hitung-hitung melengkapi kekurangan yang ada , batinku. Mari kugambarkan. Kami bermukim di sekitar masjid itu. Awalnya, bulan-bulan pertama aku tiba di sini, sempat tinggal di ruang samping pengimaman itu. Ruang ...