Skip to main content

Posts

Penginyongan, Apa Itu?!

Panginyongan , berasal dari kata inyong . Artinya, saya. Tafsir dari diksi ini, bertebaran. Mulai teori induk filologis, maupun teori varian. Konsep ini masuk pada kajian distingsi lokalitas di kawasan eks-Karesidenan Banyumas, Tegal, Pekalongan dan juga, sebahagian eks-Karesidenan Kedu. Antropologis? Ya.  Konsep panginyongan tumbuh dari nilai lokalitas masyarakat Banyumasan. Dialektika terkait nilai yang bertumpu pada kearifan lokal ini diharapkan mampu memberikan penegasan tentang identitas, keilmuan dan kontribusi pada peradaban dunia.  Sikap cablaka dan blakasuta diyakini mampu diangkat sebagai model relasi sosial ke panggung dunia. Bukan justru menjadi obyek inferior di antara bangsa Jawa lainnya. Sebab, ada hasil riset, generasi muda panginyongan hari ini terkesan enggan menampilkan ciri khas endemiknya ketika berinteraksi dengan teman dari Jawa bandhek . Sikap terbuka dan apa adanya adalah karakteristik panginyongan itu sendiri.  Panginyongan merupan konsep lok...

Shalawat Thibbil Qulub; Ijazah Hingga Fadhilah

Dunia telah berubah. Perubahan itu pada kenyataannya tak merubah esensi dinamikanya. Para tetua mewejang, setiap zaman ada orangnya. Dan setiap orang, mempunyai zamannya. Esoteris, namun menohok. Menghadapi keberingasan dunia, masing-masing manusia berupaya mencari pegangan guna menerobos dinamikanya. Secara spiritual atau ruhaniyyah, semua punya tumpuan cara bermunajat dengan Tuhannya.  Sebagaimana yang lain, aku punya ageman . Selain yang lain, tentunya. Merasa mantep dengan itu. Sholawat Thibbil Qulub.  Sebagaimana manusia dengan zamannya, demikian pula suatu amalan. Almaghfurlah as-Syaikh Achmad Sjaichuddin Q.S pada suatu ketika pernah mewejang tentang prosedur daur amalan ini.  Amalan dari guru mursyid itu banyak. Kadang, ketika seorang murid sedang asyik-asyiknya mengolah suatu amalan. Justru saat itu pula sang guru memerintahkan menghentikannya. Dan menggantikannya dengan amalan berikutnya. Hal ini kadang kala membingungkan sangat murid. Apa lagi ia tergolong mu...

Industri Halal: Apa dan Bagaimana?

Labelisasi otoritas bernuansa syariah tampaknya masih menjadi kegandrungan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tentu menyiratkan beberapa kondisi sosial dan psikologis terhadap dinamika masyarakat. Media dan pendidikan dituding membawa pengaruh kepada masyarakat yang lebih memilih mencari tahu sendiri tentang segala hal yang bernuansa syariah. Tampaknya, ini gaya baru generasi post-milenial dengan limpahan arus informasi sebagai taglinenya. Setelah sebelumnya dunia akademisi dan pegiat syariah berhasil mempengaruhi pemikiran masyarakat luas dengan dinamika syariahisasi. Dengan dukungan politik, ekonom dan pemanfaatan media sosial digital, kampanye syariah ini terbilang sukses. Beberapa ekses negatif, seperti para pembawa kampanye khilafah sebagai penumpang gelap kampanye syariah, dibekukan. Sekali lagi dibekukan, bukan dibubarkan. Antisipasi dari Pemerintah ini memang patut diapresiasi, meskipun bagi sebahagian pihak menyimpan kecurigaan, bahwa pada suatu saat mereka akan ke...

Sesajen Syariah: Konsep Sesaji dalam Islam

Sesajen berasal dari kata sesaji , artinya sajian atau hidangan yang dipersembahkan. Sebagai suatu persembahan, lazimnya berupa makanan, maka niat, tatacara dan peruntukan menjadi suatu yang fundamental. Ulama mengulas permasalahan ini secara hati-hati dan terperinci. Tentu, hal ini tidak berlaku bagi kalangan penganut Wahabi Salafi yang terkenal jumud dan juhal . Dalam ajaran samawi, perintah mempersembahkan sesaji pertama kali disyari'atkan kepada para putera Nabi Adam A.S, yaitu Habil dan Qabil ( Abel and Cain ). Hal ini diabadikan di dalam kitab suci Al-Qur'an. Demikian pula riwayat perintah penyembelihan Nabi Isma'il oleh Nabi Ibrahim yang lantas perintah itu diganti dengan menyembelih domba sebagai ganti korban manusia. Sesaji, bahkan qurban ( tumbal ) merupakan keniscayaan yang ditemukan di dalam agama samawi. Kunci boleh tidaknya sesajen secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut: Sesajian, baik berupa makanan maupun jiwa (tumbal hewan) haruslah dari bah...

Ngeri, Bea Jukir di Kota Satria

Parkir. Mengulas bisnis basah ini seolah mengorek kembali bahan obrolan basi di tempat sampah. Omong kosong laten yang menjadi laporan unfaedah jika diperdengarkan pada liang telinga oknum birokrat yang turut mengais maisyah dari sektor ruang publik ini.  Menyerukan aspirasi, atau bahkan mosi keberatan atas lemahnya penegakan hukum di hadapan birokrat tampaknya hanya dianggap angin lalu. Kemerdekaan yang digaungkan pada setiap Agustusan ambyar seperti ampas jika dihadapkan pada realitas di tengah-tengah masyarakat. Sekalipun viral, dan ada penindakan, itu hanya berjalan sebulan dua bulan. Eksploitasi terhadap masyarakat tetap berlangsung kemudian. Sudah menjadi rahasia umum, jika ekosistem parkir itu merupakan perselingkuhan kedaulatan yang melibatkan oknum aparat dan birokrat, serta serta sejumlah oknum ormas. Masyarakat paham akan kelindan konspirasi ini. Mereka, berikut orang-orang yang ditokohkan lebih memilih diam dengan sejumlah alasan subjektif yang sulit diterima akal. Ma...

Bela Kiai Sampai Mati?

Bagi pendekar Pagar Nusa, pengabdian pada Kiai dan perjuangan pesantren adalah martabat dan harga diri.  Ketua Umum Pagar Nusa, Gus Nabil bahkan pada suatu ketika pernah menginstruksikan kepada seluruh santri anggota Pagar Nusa agar rutin sowan kepada Kiai pesantren minimal setiap selapanan (40 hari).  Beliau menekankan betapa pentingnya berhubungan dengan Kiai bagi setiap santri Pagar Nusa, terlebih para pengurusnya. Maka menjadi ganjil jika para santri Pagar Nusa justru mengambil jarak dengan pesantren dan segenap aktivitasnya. 

Sedulur Tunggal Kyai

Jasadmu itu mungkin milik orang tuamu, tapi tidak ruhmu. Itu milik Gurumu, Kyaimu. Itulah mengapa kita ini bersaudara satu sama lainnya. Perjumpaan dengan Kyai, pada akhirnya mempersaudarakan kita semua. Dan persaudaraan, bukanlah sekedar kata-kata.  Mengenal Satu Dengan Lainnya Sebagai pribadi yang terikat ilmu dari sumber yang sama, kita terikat janji. Pertemuan kita di dunia fana ini bukan begitu saja terjadi. Ruh kita jauh-jauh hari telah saling bersua dalam alam yang berbeda.  Disebutkan dalam kitab Syarhus Shudur, bi Syarhi Halil Mauta wal Qubur, lil Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Dan juga diulas dalam kitab Ihya' Ulumiddin, lil Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali, tentang riwayat ruh-ruh manusia di dunia.  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الارواح جنود مجندة، فما تعارف منها...ائتلف، وما تناكر منها...اختلف. رواه مسلم من حديث ابي هريرة والبخارى تعليقا من حديث عائشة Abu Hurirah r.a dari Sayyidah Aisyah r.a, bahwa Baginda Rasulullah SAW telah bersabda: " Ruh-ruh itu sep...